Five Arts Centre

165960969_3811965778881890_7357109926270909161_n
Five Arts Centre

Oppy & Professor Communitas: Meanderings of the Malay male theatremaker

A new addition to the genre of online theatre, Oppy & Professor Communitas by Five Arts Centre is a thoughtful, humorous, and self-reflective examination of the role and struggle of Malaysian theatremakers. Anchored through a series of workshop lectures, the play centres on Oppy, a young actor and musician who is at a crossroads about […]

Oppy & Professor Communitas: Meanderings of the Malay male theatremaker Read More »

Merantau Sejarah/Identiti Selat Melaka: Name Laundering oleh Irwan Ahmett dan Tita Salina

Jauh perjalanan, luas pandangan. Mungkin itulah prinsip yang diambil oleh dua orang seniman Jakarta, Irwan Ahmett dan Tita Salina apabila mengambil keputusan untuk menjalankan kajian sosial dan artistik selama 10 tahun menjejaki negara-negara Lingkaran Pasifik. Setelah lima tahun kajian dibuat, mereka telah menjelajah ke beberapa negara di rantau Asia Tenggara, Jepun, Chile, New Zealand dan

Merantau Sejarah/Identiti Selat Melaka: Name Laundering oleh Irwan Ahmett dan Tita Salina Read More »

Tender notes on violence in “A Notional History” by Five Arts Centre

By Patricia Tobin ( 700 words, 5-minute read) It starts with a song. Faiq Syazwan Kuhiri strums the ukulele and gently sings about hope and the future. For a lecture-performance, A Notional History, a work in progress by Five Arts Centre, is filled with pockets of tender moments like these. Together with journalist Rahmah Pauzi and filmmaker-activist

Tender notes on violence in “A Notional History” by Five Arts Centre Read More »

1
Moka Mocha Ink

“Teater Normcore: Stereo Genmai” dan Pengkarya yang Bertengkar dengan Idea

Dan pertengkaran ini berlaku di dalam ruang yang meyakinkan. Dengan ambiens pekat kemimpian yang mengujakan – sangat mengujakan. Malah siapa lagi yang benar-benar mampu mentafsir kontinuum idea-mimpi ini melainkan Ridhwan Saidi sendiri? Saya masih teringat-ingat – dan teruja – dengan set dan prop yang direka dan diguna dengan sangat bijak dalam memaknai drama-drama pendek tulisannya

“Teater Normcore: Stereo Genmai” dan Pengkarya yang Bertengkar dengan Idea Read More »

“Version 2020”: Dataran Merdeka Sebagai Tapak A̶r̶k̶e̶o̶l̶o̶g̶i̶ Ideologi Tentang Masa Depan

Oleh Fasyali Fadzly (1075 patah kata, 9-minit bacaan) Saya mengambil masa yang lama untuk menyiapkan tulisan mengenai teater Version 2020 yang diarahkan oleh Mark Teh. Ia sebuah teater yang memerlukan pengamatan yang tajam, pengetahuan yang luas dan pemahaman terhadap konteks keseluruhan pementasan ini. Kajian teater ini turut mengambil masa yang lama dan penuh kritikal –

“Version 2020”: Dataran Merdeka Sebagai Tapak A̶r̶k̶e̶o̶l̶o̶g̶i̶ Ideologi Tentang Masa Depan Read More »

Lighten Up: “Terbalik… Mesti Kena Mata” by Five Arts Centre

By Ann Lee (1470 words, 10-minute read) Terbalik… mesti kena mata was billed as an “experimental workshop” performance that attempted to “displace the normal hierarchy found in performance-making” by having the lighting designer, Mac Chan, as the principal artist. Co-directors, Marion D’Cruz and Ivy Josiah, marking their first collaboration in these roles, adhered to the

Lighten Up: “Terbalik… Mesti Kena Mata” by Five Arts Centre Read More »

Scroll to Top